Nyaman itu belum tentu aman, Ketika manusia nyaman, maka manusia cenderung tidak mau berubah.

Self-destructive habits yang keenam adalah complacency. Complacence. Ketika manusia sudah complacence, sudah nyaman, maka manusia cenderung tidak mau berubah. Manusia cenderung hanya mau melakukan hal yang sudah dia kenal. Complacence. Inilah yang tadi saya sebut dengan zona nyaman tadi. Dan banyak di antara kita yang bekerja mencari kenyamanan. Dan dulu ada seorang ahli yang pernah menulis atau melakukan penelitian mengenai adversity. Bagaimana, apa yang dilakukan oleh seseorang, kalau dia mengalami ujian dan kemudian jatuh. Bum. Apa yang akan dia alami? Tentu ada dua tipe manusia. Tipe manusia pertama dia pecah seperti telur. Tidak balik lagi, tidak membal. Yang kedua adalah manusia yang bounce. Manusia yang semakin ditekan, dia semakin membal ke atas. Tetapi Paul Stoltz yang menulis tentang adversity quotient atau kecerdasan dalam menghadapi adversity ini menemukan ada tiga tipe manusia. The Quitters berhenti, tidak mau melakukan perubahan sama sekali, tidak mau berubah. The Campers hanya menikmati pada titik tertentu, kemudian dia menyerah, dia ingin menikmati. Dan yang ketiga The Climbers yaitu orang yang tidak pernah berhenti mendaki. Dia bergerak terus. Terus dia naik ke atas. Sampai suatu ketika setelah sampai ke puncak, dia turun lagi, dia cari lagi bukit yang lain, dia naik lagi. The Climbers. Mereka tidak pernah berhenti. Tidak ada capeknya. Dan ketika saya presentasikan di salah satu SMA, anak-anak SMA yang kritis kemudian mengajukan pertanyaan kepada saya, “Pak, kalau kita terus mendaki terus, kapan kita menikmatinya, Pak?” Bukankah kita juga harus bisa menikmatinya? Bukankah complacence oke? Kita kan bekerja untuk mencari kenikmatan. Dan kemudian kita merasa nyaman di sana. Kenapa kita harus kemudian cari susah?” Saya kira anak-anak ini benar dan cerdas sekali. Tetapi terhadap hal ini saya kira kita perlu melihat perbedaan antara orang yang naik sepeda motor di dalam kota dengan orang yang naik sepeda motor besar yang tujuannya adalah ke luar kota yang jauh. Maka tema iklannya pun berbeda. Yang motor murah menawarkan harga, menawarkan kecepatan, dan menawarkan irit bahan bakar. Sedangkan yang motor besar yang bunyinya berisik itu, itu konsepnya adalah enjoy the riding. Nikmati perjalananmu. Maka yang kedua itu kita lihat tidak ada orang naik motor besar itu hanya untuk jarak dekat. Mereka memilih untuk jarak jauh. Dan setelah pulang mereka ingin pergi lagi ke tempat yang lain. Mereka enjoy perjalanannya. Naik motor besar. Dari Jakarta ke Bali dan sebagainya, balik lagi. Ini berbeda dengan mereka yang menikmati motor-motor kecil yang hanya pada jarak jarak dekat. Mereka cenderung complacence. Mereka cenderung hanya mencari harga yang murah karena memang mereka ingin cepat sampai ke tujuan. Setelah itu beristirahat di tempat tujuan. The Campers. Sedangkan The Climbers justru mengalami kenikmatan ketika sedang mendaki jadi terhadap pertanyaan kapan kita menikmatinya? Terhadap para climbers saya mendapat jawaban justru pada saat mendaki itulah kami mengalami kenikmatan. Rasanya nikmat sekali. Padahal orang melihatnya ini sebagai sebuah jaman. Tiga tipe manusia ini mencerminkan ada manusia yang resistant dan ada manusia yang setengah resistant, ditambah yang ketiga adalah manusia yang terus beradaptasi mengikuti irama perubahan. Terakhir yang ketujuh adalah volume obsession. Obsesi terhadap volume. Dulu ada teori yang mengatakan market share itu sangat penting. Bahkan dikatakan profit impact on market share. Jadi kalau ada market share kita tambah besar maka kita akan, impact-nya terhadap keuntungannya semakin besar. https://www.indonesiax.co.id/courses/course-v1:RumahPerubahan+RP101+2017_Run6/courseware/49e999d08bd54ed199c3032c020fca0c/3342a0e433b64b5ea842b567e56bca68/